Saturday, April 4, 2009

Amatir Radio Indonesia di Jaman Penjajahan dan Perang Kemerdekaan

Sumber: M. Faisal Anwar (YB1PR) & Internet.

Pada saat berdirinya International Amateur Radio Union (IARU) tahun 1925, wilayah nusantara pada saat itu masih dikuasai oleh Belanda, dan pada saat itu tengah berkecamuk Perang Dunia Pertama. Pada saat itu komunikasi antara Netherland dengan Hindia Belanda (julukan untuk wilayah Nusantara) hanya mengandakan saluran kabel Laut yang melintas Teluk aden yang dikuasai oleh Inggris. Timbul kekhawatiran Belanda atas saluran komunikasi tersebut, mengingat Inggris terlibat dalam perang dunia pertama tersebut sedangkan Belanda ingin bersikap Netral, oleh karenanya dilakukanlah berbagai percobaan dengan menempatkan beberapa stasiun Relay yang atara lain di Malabar, Sumatra, Srilangka dan beberapa tempat lagi.

Radio Malabar berdiri tanggal 5 Mei 1923. Merupakan pemancar menggunakan teknologi arc transmitter yang terbesar di dunia. Tampak Radio Malabar merupakan cikal bakal amatir radio di Indonesia dan merupakan radio pertama di Indonesia untuk komunikasi jarak jauh. Frekuensi yang digunakan masih sangat rendah dalam panjang gelombang sangat panjang, tidak mengherankan jika antenna yang digunakan harus di bentang memenuhi gunung Malabar di Bandung Selatan. Sisa-sisa Radio Malabar masih terdapat di sana berupa tiang-tiang antena antena besar dan tinggi di tengah hutan. Pada tahun 1925 Prof Dr Ir Komans di Netherland berhasil melakukan komunikasi dengan Dr Ir De Groot yang menggunakan Radio Malabar di Pulau Jawa. Kejadian ini merupakan titik tolak masuknya Komunikasi Radio di Indonesia, dan Pemerintah Hindia Belanda mendirikan B.R.V. (Batavian Radio Vereneging) dan NIROM.
Para teknisi yang bekerja pada kedua instansi ini umumnya adalah orang Belanda dan ada beberapa Bumi putra, terus menekuni sistem komunikasi radio dengan melakukan koordinasi dan eksperiment bersama para Amatir Radio di Dunia. Mereka membentuk sebuah perkumpulan yang di kenal dengan nama Netheland Indice Vereneging Radio Amateur (NIVIRA). Seorang anggota NIVIRA Bumi Putra dengan Callsign PK2MN, memanfaatkan kemampuannya dalam teknik elektronika Radio untuk membakar semangat kebangsaan, dengan mendirikan stasiun radio Siaran yang diberi nama Solose Radio Vereneging ( SRV) yang ternyata mendapat simpati rakyat. Keberhasilan ini ditiru oleh beberapa Anggota NIVIRA Bumi putra dengan mendirikan stasiun Radio Siaran serupa, antara lain MARVO – CIRVO – VORO – VORL dll, dan pada tahun 1937 mereka bergabung dengan membentuk Persatoean Perikatan Radio Ketimoeran (PPRK). Perhimpunan ini tidak dilarang oleh kolonial Belanda, karena dengan banyaknya masyarakat memiliki pesawat penerima radio maka mereka akan dapat memungut pajak radio sebanyak banyaknya.
Era pendudukan Jepang di Nusantara telah memusnahkan seluruh perangkat komunikasi radio dan radio siaran yang ada, NIROM di kuasai dan diganti namanya dengan Hoso Kanry Kyoku, kegiatan Amatir Radio dilarang. Namun Amatir Radio bumi putra tetap berjuang dengan melakukan kegiatan secara sembunyi-sembunyi guna menunjang perjuangan kemerdekaan dengan membentuk Radio Pejuang Bawah Tanah, dan tak sedikit Amatir Radio yang di penggal karena di tuduh sebagai mata-mata Sekutu.
(to be continued)

Penanda Tanganan MOU PMI - ORARI

Kamis 12 Maret 2009 jam 10.30 wib di Wisma Bidakara Harapan Kita - Jakarta Baratdengan disaksikan oleh Sekretaris PMI dari seluruh Indonesia, Piagam kerja sama antara Palang Merah Indonesia (PMI) dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI ) secara resmi di tandatanganiSuryo Susilo, YB0JTR Sekretaris Jenderal ORARI menyatakan bahwa PMI dan ORARI adalah organisasi yang memiliki kesamaan antara lain, Netral dan Independen tidak melibatkan diri/berpihak pada golongan politik, ras, suku atau agama tertentuKegiatan yang dilakukan bersifat suka rela, netral dan mandiriSama-sama memiliki jaringan kerja yang berlingkup Internasional dan Nasiaola Sedangkan yang bersifat khusus adalah : PMI mengutamakan pertolongan dan keselamatan jiwa manusiaORARI merupakan cadangan nasional dibidang komunikasi baik dalam keadaan bencana maupun bukan bencanadengan demikian MOU antara PMIdan ORARI adalah tepat karena komunikasi radio adalah hal yangsangat strategis terutama dalam penangguilangan BencanaSementara Ketua Umum PMI menyatakan bahwa sebenarnya kerja sama antara ORARI dan PMI telah terjalin sejak lama, terutama disaat-saat operasi penanggulangan bencana, dengan ditandatanganinya MOU ini maka kerjasama harus lebih baik lagi. (YB1PR)